Kamis, 14 Februari 2013


Reviews

DIBALIK SULITNYA PENCAPAIAN ASI EKSKLUSIF
Oleh : Ulfatun Khasanah S.Gz

Air Susu Ibu (ASI) merupakan sumber nutrient yang baik bagi bayi. Keuntungannya sangat banyak bisa berupa jangka pendek maupun jangka panjang. Bayi yang mendapat ASI akan lebih kebal terhadap paparan berbagai penyakit infeksi. Selain itu, menyusui sendiri akan memberikan banyak manfaat pada lingkungan, ekonomi maupun kesehatan maternal. WHO merekomendasikan menyusui secara eksklusif (hanya ASI, obat-obatan maupun supplement mikronutrien tanpa  makanan cair/padat yang lain) hingga 6 bulan pertama. Kajian global telah membuktikan bahwa pemberian ASI eksklusif merupakan intervensi kesehatan yang memiliki dampak terbesar terhadap keselamatan balita, yakni 13% kematian balita dapat dicegah dengan pemberian ASI eksklusif 6 bulan. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dapat mencegah 22% kematian neonatal (neonatus adalah bayi usia 0 sampai 28 hari) (Jones et al., 2003 dalam Kemenkes RI. 2010).
Meskipun praktek pemberian ASI eksklusif memiliki banyak keuntungan, fakta riil dilapangan membuktikan capaian ASI Eksklusif masih rendah. Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan penurunan persentase bayi yang menyusu eksklusif sampai dengan 6 bulan hanya 15,3%. Pemberian ASI kurang dari 1 jam setelah bayi lahir tertinggi di Nusa Tenggara Timur (56,2%) dan terendah di Maluku (13%). Angka ini masih jauh dari target yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Capaian angka tersebut sama persis dengan hasil studi penelitian Di Amerika yang menyatakan bahwa sebanyak 85% ibu yang menginginkan bayinya disusui secara eksklusif, namun hanya 15% ibu yang berhasil mencapai pemberian ASI Eksklusif hingga 6 bulan (Perrine et al, 2012) dan Hasil survey nasiona kesehatan anak di AS hanya mendapatkan angka  16.8% yang menyusui secara eksklusif (Jones JR et al, 2011). Hasil penelitian kohort di Canada menyatakan 64,1% dari 4433 ibu yang berkeinginan menyusui, hanya 10.4% yang berhasil menyusui secara eksklusif 6 bulan. Hasil berbeda didapatkan dari hasil studi di Srilangka oleh Perera et al (2012) capaian ASI Eksklusif pada 2, 4 dan 6 bulan  masing-masing sebesar 98%, 75.4% dan 71.3% secara respectif.
Terdapat hubungan yang kuat antara penghentian awal ASI Eksklusif dengan kesenjangan sosial determinan kesehatan. Banyak studi menyatakan memperkuat hubungan ini diantaranya  praktek menyusui yang buruk, rendahnya tingkat pendidikan maternal ibu, pengasuh tunggal (single parent), rendahnya tingkat ekonomi dan lokasi tempat tinggal. Pada studi tersebut menemukan selain faktor determinan social diatas, terdapat faktor modifikasi lain yang potensial diantaranya ketersediaan peluang menyusui dini sebagai bagian rutin dari perawatan post partum, penghentian aktifitas merokok ibu serta pengurangan obesitas juga turut berkontribusi terhadap lama durasi ASI Eksklusif  (Brown et al, 2013). Sedangkan Parera et al (2012) menyatakan bahwa penghentian ASI Eksklusif terbanyak pada bulan kedua dan keempat dengan penyebab utama status ibu yang bekerja, kecemasan maternal tentang kecukupan ASI dan gagal tumbuh. Penelitian ini juga menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara edukasi maternal dengan ASI Eksklusif.
Hasil NSCH survey 2007 yang dilaporkan oleh Jones JR et al (2011) menyatakan bayi yang diasuh oleh kedua orang tua (biologis) akan cenderung disusui (80.4%) dibanding dengan anak dengan tipe pengasuh yang lain. Bayi dengan berat badan lahir ≥ 2500gr lebih tinggi capaian ASI Eksklusif dibanding bayi dengan berat badan lahir dibawahnya.
Cakupan ASI eksklusif pada kelompok ibu usia ≥ 30 tahun lebih tinggi dari pada kelompok umur dibawahnya. Status ekonomi yang rendah juga cenderung cakupan ASI ekklusif yang rendah pula. Tempat tinggal ibu tidak berbeda secara signifikan terhadap capaian ASI Eksklusif, namun ibu yang tinggal di area kota/metropolitan cenderung menghasilkan angka capaian yang tinggi (17%) dibanding diluar area metropolitan (15.7%). Terdapat hubungan yang signifikan antara ras dan keinginan ASI Eksklusif. Studi ini juga menemukan terdapat hubungan yang signifikan antara status mental ibu dengan ASI Eksklusif 6 bulan tapi tidak signifikan dengan keinginan menyusui.
Studi penelitian kohort oleh Ayton Jenifer et al (2013) menyatakan bahwa kelahiran premature (Late pre term) merupakan prediksi kegagalan menyusui. Bayi yang dilahirkan premature (kehamilan 340/7-366/7 minggu) mempunyai resiko lebih besar untuk tidak memiliki keinginan menyusui secara eksklusif di rumah sakit dibandingkan dengan bayi dengan kehamilan 37 minggu. Hal ini dikarenakan bayi yang dilahirkan dalam kondisi late preterm meningkatkan resiko mortalitas dan morbiditas dengan outcome (hipoglikemi, hipotermi, jaundice, tertundanya  oral feeding, keluar rumah sakit, trancient tachypneu, serta tertundanya perkembangan mental.
Berdasarkan kajian beberapa jurnal penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan praktek menyusui secara ASI Eksklusif diantaranya faktor demografi seperti ras, umur ibu, pendidikan ibu/maternal serta status social ekonomi. Sedangkan faktor biologis seperti fisiologis bayi late preterm, berat badan lahir, obesitas maternal obesitas dan perubahan fisik menyusui, perokok maternal, dan paritas. Sedangkan variable social bisa muncul karena status ibu bekerja dan adanya support keluarga terdekat. Variabel terakhir yakni variable psikologis diantaranya keinginan ibu untuk menyusui, dan kepercayaan ibu selama menyusui juga penting dalam menentukan keberhasilan ASI Eksklusif dan lama durasi menyusui.


Referensi :
Ayton Jenifer et al, 2013. Factors Associated With Initiation and Exclusive Breastfeeding at Hospital Discharge: Late Preterm Compared to 37 Week Gestation Mother and Infant Cohort.
Brown et al, 2013. Rates and Determinant of Exclusive Breastfeeding in First 6 Month among Woman in Nova Scotia : a Population-Based Cohort Study. Canadian Medical Association or its Licensors
Jones JR et al, 2011. Factors Associated with Exclusive Breastfeeding in The United States. Pediatric. 2011;128;1117
Parera et al, 2012. Actual Exclusive Breasfeeding Rate and Determinants among a Cohort of Children Living in Gampaha District Sri Langka: A Prospective Observational Study . International Breasfeeding Journal.
Perrine et al, 2012. Baby-Friendly Hospital Practices and Meeting Exclusive Breastfeeding Intention. Pediatric 2012; 130; 54.
Kemenkes RI, 2010.  STRATEGI PENINGKATAN MAKANAN BAYI DAN ANAK (PMBA). Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar