Reviews
DIBALIK SULITNYA PENCAPAIAN ASI
EKSKLUSIF
Oleh
: Ulfatun Khasanah S.Gz
Air
Susu Ibu (ASI) merupakan sumber nutrient yang baik bagi bayi. Keuntungannya
sangat banyak bisa berupa jangka pendek maupun jangka panjang. Bayi yang
mendapat ASI akan lebih kebal terhadap paparan berbagai penyakit infeksi.
Selain itu, menyusui sendiri akan memberikan banyak manfaat pada lingkungan,
ekonomi maupun kesehatan maternal. WHO merekomendasikan menyusui secara
eksklusif (hanya ASI, obat-obatan maupun supplement mikronutrien tanpa makanan cair/padat yang lain) hingga 6 bulan
pertama. Kajian global telah membuktikan bahwa pemberian ASI eksklusif
merupakan intervensi kesehatan yang memiliki dampak terbesar terhadap
keselamatan balita, yakni 13% kematian balita dapat dicegah dengan pemberian
ASI eksklusif 6 bulan. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dapat mencegah 22% kematian
neonatal (neonatus adalah bayi usia 0 sampai 28 hari) (Jones et al., 2003 dalam
Kemenkes RI. 2010).
Meskipun
praktek pemberian ASI eksklusif memiliki banyak keuntungan, fakta riil
dilapangan membuktikan capaian ASI Eksklusif masih rendah. Hasil Riskesdas 2010
menunjukkan penurunan persentase bayi yang menyusu eksklusif sampai dengan 6
bulan hanya 15,3%. Pemberian ASI kurang dari 1 jam setelah bayi lahir tertinggi
di Nusa Tenggara Timur (56,2%) dan terendah di Maluku (13%). Angka ini masih
jauh dari target yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Capaian angka tersebut
sama persis dengan hasil studi penelitian Di Amerika yang menyatakan bahwa
sebanyak 85% ibu yang menginginkan bayinya disusui secara eksklusif, namun
hanya 15% ibu yang berhasil mencapai pemberian ASI Eksklusif hingga 6 bulan
(Perrine et al, 2012) dan Hasil survey nasiona kesehatan anak di AS hanya
mendapatkan angka 16.8% yang menyusui
secara eksklusif (Jones JR et al,
2011). Hasil penelitian kohort di Canada menyatakan 64,1% dari 4433 ibu yang
berkeinginan menyusui, hanya 10.4% yang berhasil menyusui secara eksklusif 6
bulan. Hasil berbeda didapatkan dari hasil studi di Srilangka oleh Perera et al
(2012) capaian ASI Eksklusif pada 2, 4 dan 6 bulan masing-masing sebesar 98%, 75.4% dan 71.3%
secara respectif.
Terdapat
hubungan yang kuat antara penghentian awal ASI Eksklusif dengan kesenjangan sosial
determinan kesehatan. Banyak studi menyatakan memperkuat hubungan ini
diantaranya praktek menyusui yang buruk,
rendahnya tingkat pendidikan maternal ibu, pengasuh tunggal (single parent),
rendahnya tingkat ekonomi dan lokasi tempat tinggal. Pada studi tersebut
menemukan selain faktor determinan social diatas, terdapat faktor modifikasi
lain yang potensial diantaranya ketersediaan peluang menyusui dini sebagai
bagian rutin dari perawatan post partum, penghentian aktifitas merokok ibu
serta pengurangan obesitas juga turut berkontribusi terhadap lama durasi ASI
Eksklusif (Brown et al, 2013). Sedangkan
Parera et al (2012) menyatakan bahwa penghentian ASI Eksklusif terbanyak pada
bulan kedua dan keempat dengan penyebab utama status ibu yang bekerja,
kecemasan maternal tentang kecukupan ASI dan gagal tumbuh. Penelitian ini juga
menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara edukasi maternal dengan
ASI Eksklusif.
Hasil
NSCH survey 2007 yang dilaporkan oleh Jones JR et al (2011) menyatakan bayi yang diasuh oleh kedua orang tua
(biologis) akan cenderung disusui (80.4%) dibanding dengan anak dengan tipe
pengasuh yang lain. Bayi dengan berat badan lahir ≥ 2500gr lebih tinggi capaian
ASI Eksklusif dibanding bayi dengan berat badan lahir dibawahnya.
Cakupan
ASI eksklusif pada kelompok ibu usia ≥ 30 tahun lebih tinggi dari pada kelompok
umur dibawahnya. Status ekonomi yang rendah juga cenderung cakupan ASI ekklusif
yang rendah pula. Tempat tinggal ibu tidak berbeda secara signifikan terhadap
capaian ASI Eksklusif, namun ibu yang tinggal di area kota/metropolitan
cenderung menghasilkan angka capaian yang tinggi (17%) dibanding diluar area
metropolitan (15.7%). Terdapat hubungan yang signifikan antara ras dan
keinginan ASI Eksklusif. Studi ini juga menemukan terdapat hubungan yang
signifikan antara status mental ibu dengan ASI Eksklusif 6 bulan tapi tidak
signifikan dengan keinginan menyusui.
Studi
penelitian kohort oleh Ayton Jenifer et al (2013) menyatakan bahwa kelahiran premature
(Late pre term) merupakan prediksi kegagalan menyusui. Bayi yang dilahirkan premature
(kehamilan 340/7-366/7 minggu) mempunyai resiko lebih
besar untuk tidak memiliki keinginan menyusui secara eksklusif di rumah sakit
dibandingkan dengan bayi dengan kehamilan 37 minggu. Hal ini dikarenakan bayi
yang dilahirkan dalam kondisi late preterm meningkatkan resiko mortalitas dan
morbiditas dengan outcome (hipoglikemi, hipotermi, jaundice, tertundanya oral feeding, keluar rumah sakit, trancient
tachypneu, serta tertundanya perkembangan mental.
Berdasarkan
kajian beberapa jurnal penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa banyak faktor
yang mempengaruhi keberhasilan praktek menyusui secara ASI Eksklusif
diantaranya faktor demografi seperti ras, umur ibu, pendidikan ibu/maternal
serta status social ekonomi. Sedangkan faktor biologis seperti fisiologis bayi late
preterm, berat badan lahir, obesitas maternal obesitas dan perubahan fisik
menyusui, perokok maternal, dan paritas. Sedangkan variable social bisa muncul
karena status ibu bekerja dan adanya support keluarga terdekat. Variabel
terakhir yakni variable psikologis diantaranya keinginan ibu untuk menyusui,
dan kepercayaan ibu selama menyusui juga penting dalam menentukan keberhasilan
ASI Eksklusif dan lama durasi menyusui.
Referensi :
Ayton Jenifer
et al, 2013. Factors Associated With Initiation and Exclusive Breastfeeding at
Hospital Discharge: Late Preterm Compared to 37 Week Gestation Mother and
Infant Cohort.
Brown et al, 2013.
Rates and Determinant of Exclusive Breastfeeding in First 6 Month among Woman
in Nova Scotia : a Population-Based Cohort Study. Canadian Medical Association
or its Licensors
Jones JR et al, 2011. Factors Associated with
Exclusive Breastfeeding in The United States. Pediatric. 2011;128;1117
Parera et al, 2012.
Actual Exclusive Breasfeeding Rate and Determinants among a Cohort of Children
Living in Gampaha District Sri Langka: A Prospective Observational Study . International
Breasfeeding Journal.
Perrine et al,
2012. Baby-Friendly Hospital Practices and Meeting Exclusive Breastfeeding
Intention. Pediatric 2012; 130; 54.
Kemenkes RI, 2010. STRATEGI PENINGKATAN MAKANAN BAYI DAN ANAK (PMBA).
Jakarta